Langsung ke konten utama

Pemantauan berkala pajanan tempat kerja

Dalam Permenaker nomor 5 tahun 2018 tentang keselamatan dan kesehatan kerja lingkungan kerja maupun Permenkes nomor 70 tahun 2016 tentang standar dan persyaratan kesehatan lingkungan kerja industri tidak diatur frekuensi pemantauan berkala pajanan tempat kerja

Melakukan pemantauan berkala pajanan tempat kerja bermanfaat untuk dilakukan jika pengendalian pajanan juga dilakukan. Dalam praktik, strategi pemantauan berkala pajanan tempat kerja dimaksudkan untuk melengkapi sistem manajemen lain yang harus mendeteksi perubahan ketika perubahan terjadi, atau bahkan sebelum perubahan terjadi.

Pada program pemantauan berkala pajanan tempat kerja, frekuensi pemantauan tergantung pada peringkat pajanan dan peringkat efek kesehatan yang ditimbulkan oleh pajanan tersebut, sedangkan jumlah sampel tergantung pada jumlah pekerja dalam SEG dan hasil pemantauan baseline atau hasil pemantauan sebelumnya (lihat postingan sebelumnya).

Contoh frekuensi pemantauan berkala pajanan tempat kerja dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 


Sebaiknya dilakukan pengambilan sampel secara acak untuk meminimalisasi bias dalam database, karena mengumpulkan sampel pada waktu yang sama setiap tahun dapat mengakibatkan database terdistorsi. Contoh, jika sampel untuk pemantauan berkala pajanan tempat kerja dikumpulkan setiap musim hujan, nilainya mungkin akan lebih rendah dari pajanan rata-rata jangka panjang karena cuaca berawan dan suhu udara yang lebih rendah sehingga kadar pajanan bahan kimia mudah menguap lebih rendah dibandingkan jika musim panas. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Variabilitas pajanan bahan kimia di tempat kerja

Pajanan bahan kimia pada pekerja di lingkungan kerja sangat bervariasi: dari hari ke hari dari satu pekerja ke pekerja lain dari satu kelompok pekerja ke kelompok pekerja lain.  Bahkan dalam satu shift kerja, pajanan bervariasi dari menit ke menit. Variasi ini terjadi akibat perubahan dalam faktor seperti: laju pembentukan kontaminan tingkat ventilasi aktivitas yang dilakukan oleh pekerja.  Variabilitas ini memengaruhi jumlah sampel yang dibutuhkan untuk sepenuhnya mengkarakterisasi variasi tersebut di atas dan kemampuan skema penilaian yang ada untuk membandingkan kelompok pekerja yang berbeda atau membandingkan pajanan terhadap nilai ambang batas (NAB).  Satu pendekatan yang dilakukan untuk menangani masalah variabilitas dalam pajanan pekerja adalah dengan mengelompokkan pekerja ke dalam similarly exposure groups (SEGs) , yang dapat dilakukan dengan: Pendekatan kualitatif Pendekatan kuantitatif Pendekatan kualitatif Pengelompokkan pekerja ke dalam SEGs dilakukan denga...

Pajanan lingkungan kerja berlebihan

Pajanan berlebihan terhadap zat kimia di tempat kerja yang dapat menyebabkan masalah kesehatan ketika pekerja terpajan dengan zat kimia tersebut terus-menerus. Hal ini dapat terjadi di tempat kerja di mana zat kimia tersebut diproduksi, diformulasikan, dan digunakan secara komersial. Lama pajanan meningkatkan risiko masalah kesehatan.  Definisi pajanan lingkungan kerja berlebihan adalah situasi lingkungan kerja yang memerlukan intervensi atau pengendalian yang dilakukan tidak baik.  Dalam bahasa statistik, pajanan berlebihan adalah kemungkinan pajanan rata-rata pekerja yang dipilih secara acak melebihi NAB. Artinya, kita harus menghitung karakteristik distribusi pajanan, dan membandingkan dengan NAB, di mana jika nilainya lebih besar atau sama dengan NAB maka karakteristik distribusi pajanan tersebut tidak dapat diterima ( unacceptable ). Pada lingkungan kerja dengan karakteristik distribusi pajanan yang unacceptable harus dilakukan tindakan pengendalian.  Beberapa karakt...

Kelebihan berat badan dan obesitas

Untuk mengetahui apakah individu mengalami kelebihan berat badan adalah dengan menghitung indeks massa tubuh (IMT) menggunakan rumus berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan (m) kwadrat , sehingga satuan IMT adalah  kg/m 2 . Terdapat dua jenis penggolongan hasil perhitungan IMT, yaitu menurut WHO ( World Health Organization ) dan asia pasifik .  Pada 2018, penduduk dewasa Indonesia yang memiliki IMT kelebihan berat badan adalah 13,6 dan obesitas adalah 21,8%, sehingga total penduduk dewasa yang memiliki IMT kelebihan berat badan dan obesitas adalah 35,4%, artinya sekitar 1 dari 3 penduduk dewasa mengalami masalah kelebihan gizi .  Kecenderungan individu untuk mengalami kelebihan berat badan dan obesitas berkaitan dengan beberapa faktor sosio-demografi seperti: Lebih umum dijumpai di perkotaan daripada pedesaan Pekerjaan yang tak menuntut banyak gerak  Aktivitas fisik yang lebih rendah pada waktu luang Perempuan Tingkat kesejahteraan rumah tangga Jenis industri te...