Langsung ke konten utama

Psikodinamika faktor risiko psikososial di tempat kerja

Faktor risiko psikososial di tempat kerja berfungsi sebagai stresor. Penilaian stresor menurut Lazarus terbagi menjadi tiga tahap penilaian:

  1. Primer adalah tahap di mana individu menentukan apakah suatu stresor menimbulkan ancaman, tantangan, potensi bahaya atau kerugian. Faktor penentu tahap penilaian primer adalah:
    • karakteristik stimulus dan 
    • karakteristik psikologis individu
  2. Sekunder adalah tahap di mana individu menilai sumber daya untuk menentukan apakah individu dapat mengatasi stresor tersebut. Faktor penentu tahap penilaian sekunder adalah:
    • persepsi ketersediaan sumber daya koping dari dalam individu dan/atau 
    • persepsi ketersediaan sumber daya koping dari lingkungan
  3. Penilaian ulang adalah tahap di mana individu mengulang penilaian primer dan sekunder karena terjadinya perubahan persepsi stresor atau sumber daya yang tersedia seiring berjalannya waktu. Faktor penentu tahap penilaian ulang adalah:
    1. perubahan dalam situasi dan/atau 
    2. perubahan dalam individu
Karakteristik stimulus
Beberapa karakteristik stimulus yang memengaruhi penilaian primer:
  • Jauh atau dekat (segera atau beberapa saat) stimulus
  • Besar atau intensitas stimulus 
  • Durasi stimulus
  • Potensi stimulus dapat dikendalikan
Karakteristik psikologis individu
Beberapa karakteristik psikologis individu yang memengaruhi penilaian primer: 
  • Keyakinan individu tentang diri sendiri dan lingkungan
  • Pola dan kekuatan nilai-nilai dan komitmen individu
  • Kepribadian/watak
Respon koping
Respon koping adalah pemikiran atau tindakan yang bertujuan untuk meringankan dampak emosional dari stres (baik gangguan fisik atau psikologis). Tindakan yang dirancang untuk secara langsung mengubah kondisi yang mengancam (mis., berkelahi  atau melarikan diri/fight or fly).

Hasil penilaian tahap sekunder
Jika individu memiliki persepsi bahwa respon koping yang efektif tersedia, maka ancaman tersebut bersifat singkat (short-circuited) dan tidak ada respon stres yang terjadi. Sebaliknya, jika individu tidak yakin bahwa dia mampu mengatasi situasi tersebut yang telah dinilai sebagai ancaman atau tuntutan maka dia akan mengalami stres.  

Beberapa kejadian tertentu secara umum dinilai sebagai stressful, misalnya kematian seseorang yang dicintai. Dampak dari kejadian ini tergantung pada penilaian individu tentang ancaman yang mengikuti kejadian tersebut dan kemampuan individu utk mengatasinya. Contoh: kematian pasangan individu yang tidak memiliki keluarga atau teman mungkin dialami lebih berat dibandingkan oleh individu yang memiliki hubungan erat dengan keluarga dan teman-temannya.











Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jumlah sampel minimum pengukuran pajanan di lingkungan kerja

Untuk membuktikan bahwa kadar pajanan di tempat kerja tidak melewati nilai ambang batas (NAB) kemungkinan akan memakan biaya dan waktu yang tidak sedikit.  Dalam Permenaker nomor 5 tahun 2018 maupun Permenkes nomor 70 tahun 2016 tidak ada ketentuan mengenai jumlah sampel minimum. Dalam permenkes nomor 70 tahun 2016 hanya disebutkan bahwa jumlah sampel sebagai bagian dari proses pengukuran harus dilakukan sesuai dengan standar.  Jumlah sampel minimum menurut NIOSH cukup banyak seperti terlihat pada gambar di bawah ini.  Untuk mengurangi jumlah sampel minimum yang diperlukan, dapat dilakukan dengan strategi sebagai berikut: Membagi pekerja ke dalam  similarly exposed group  (SEG). Pengukuran pajanan personal dilakukan dalam 3 tahap: Tahap skrining Tahap uji kepatuhan kelompok Tahap uji kepatuhan individu Pada tahap skrining dilakukan tiga pengukuran pajanan personal  secara acak dari pekerja dalam SEG. Jika  ketiga pajanan kurang dari 0,1...
Penyakit/gangguan muskuloskeletal terkait kerja Muskuloskeletal maksudnya otot dan rangka. Menurut HSE, di Inggris, sekitar setengah juta pekerja mengalami penyakit/gangguan otot rangka terkait kerja (baik kasus baru maupun kasus lama) pada tahun 2015/16. Dan penyakit/gangguan otot rangka yang mempengaruhi kualitas hidup pekerja yang mengalaminya ini merupakan penyakit/gangguan terkait kerja yang jumlahnya banyak, sekitar 41% dari seluruh penyakit/gangguan terkait kerja. (https://t.co/DloQPGuwea).  Bagaimana dengan data di Indonesia? Di Indonesia belum ada data pasti mengenai penyakit akibat kerja. Tetapi diperkirakan persentase penyakit/gangguan muskuloskeletal terkait kerja hampir sama. Tetapi umumnya tidak dikenali. Mengapa? Karena seringkali keluhan pegal linu, nyeri, kram, baal, kesemutan dll setelah bekerja dianggap biasa. Pasien umumnya mengobati sendiri, kalaupun berobat ke dokter biasanya tidak terdiagnosis kaitannya antara keluhan pasien dengan pekerjaannya. ...

Variabilitas pajanan bahan kimia di tempat kerja

Pajanan bahan kimia pada pekerja di lingkungan kerja sangat bervariasi: dari hari ke hari dari satu pekerja ke pekerja lain dari satu kelompok pekerja ke kelompok pekerja lain.  Bahkan dalam satu shift kerja, pajanan bervariasi dari menit ke menit. Variasi ini terjadi akibat perubahan dalam faktor seperti: laju pembentukan kontaminan tingkat ventilasi aktivitas yang dilakukan oleh pekerja.  Variabilitas ini memengaruhi jumlah sampel yang dibutuhkan untuk sepenuhnya mengkarakterisasi variasi tersebut di atas dan kemampuan skema penilaian yang ada untuk membandingkan kelompok pekerja yang berbeda atau membandingkan pajanan terhadap nilai ambang batas (NAB).  Satu pendekatan yang dilakukan untuk menangani masalah variabilitas dalam pajanan pekerja adalah dengan mengelompokkan pekerja ke dalam similarly exposure groups (SEGs) , yang dapat dilakukan dengan: Pendekatan kualitatif Pendekatan kuantitatif Pendekatan kualitatif Pengelompokkan pekerja ke dalam SEGs dilakukan denga...