Langsung ke konten utama

Permasalahan terkait risiko psikososial

Berbagai permasalahan baik internal maupun eksternal organisasi dapat mengakibatkan risiko psikososial, oleh karena itu harus dapat diidentifikasi oleh organisasi. 

Beberapa contoh permasalahan eksternal organisasi yang berhubungan dengan risiko psikososial:

  • Rantai pasokan agar organisasi dapat beroperasi melalui tekanan waktu, tekanan jadwal atau produksi. 
  • Hubungan dengan kontraktor, subkontraktor, pemasok, penyedia layanan, dan pihak berkepentingan lainnya. 
  • Berbagi tempat kerja, sumber daya, dan peralatan dengan pihak lain (misalnya, jika organisasi bekerja sama dengan organisasi lain di lokasi konstruksi). 
  • Persyaratan pelanggan dan/atau klien untuk penyediaan layanan (misalnya, persyaratan tersebut dapat memengaruhi risiko psikososial melalui kekerasan, pelecehan, dan tekanan waktu). 
  • Kondisi ekonomi yang dapat memengaruhi ketersediaan, lama, dan lokasi pekerjaan. 
  • Sifat kontrak kerja, pengupahan (remunerasi), kondisi pekerjaan, dan hubungan kerja. 
  • Demografi pekerja yang tersedia (misalnya, pekerja muda atau lanjut usia, peningkatan usia pensiun, jenis kelamin). 
  • Perubahan teknologi yang pesat (misalnya, peningkatan konektivitas ke perangkat elektronik, dampak kecerdasan buatan dan teknologi otomasi). 
  • Peningkatan mobilitas tenaga kerja menciptakan keragaman yang lebih besar di antara pekerja dari berbagai latar belakang, budaya dan bahasa. 
  • Konteks wilayah geografis organisasi yang lebih luas, termasuk masalah sosial, ekonomi, dan kesehatan masyarakat (msialnya, pandemi, bencana alam, krisis keuangan). 
Beberapa contoh permasalahan internal organisasi yang berhubungan dengan risiko psikososial:
  • Bagaimana organisasi diatur dan dikelola, misalnya:
    • struktur organisasi
    • penugasan peran dan tanggung jawab
    • efektivitas dan efisiensi proses pengambilan keputusan formal dan informal
    • budaya organisasi
    • gaya manajemen
    • gaya komunikasi
    • penghormatan terhadap privasi
  • Tingkat komitmen dan arahan organisasi sehubungan dengan kesehatan psikologis, keselamatan dan kesejahteraan di tempat kerja, sebagaimana ditetapkan dalam pernyataan kebijakan, pedoman, tujuan dan strategi organisasi.
  • Sistem manajemen lain yang diadopsi oleh organisasi yang dapat berinteraksi dengan manajemen risiko psikososial (misalnya berdasarkan ISO 9001 dan ISO 14001)
  • Ukuran dan sifat tenaga kerja organisasi (misalnya, besar, kecil, kompleks, atau sangat terdesentralisasi)
  • Karakteristik pekerja dan angkatan kerja (misalnya jenis kelamin, usia, etnis, agama, disabilitas, bahasa, melek huruf dan berhitung)
  • Kompetensi pekerja untuk mengenali bahaya psikososial dan mengelola risiko
  • Lokasi kerja (misalnya tenaga kerja keliling tanpa tempat kerja tetap, bekerja dari jarak jauh, bekerja di rumah, bekerja dalam isolasi atau bekerja di lokasi terpencil seperti pedesaan)
  • Syarat dan ketentuan pekerja (misalnya pengaturan kerja yang fleksibel, kompensasi dan tunjangan, tenaga kerja paruh waktu, lepas atau sementara)
  • Kecukupan dan ketersediaan sumber daya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jumlah sampel minimum pengukuran pajanan di lingkungan kerja

Untuk membuktikan bahwa kadar pajanan di tempat kerja tidak melewati nilai ambang batas (NAB) kemungkinan akan memakan biaya dan waktu yang tidak sedikit.  Dalam Permenaker nomor 5 tahun 2018 maupun Permenkes nomor 70 tahun 2016 tidak ada ketentuan mengenai jumlah sampel minimum. Dalam permenkes nomor 70 tahun 2016 hanya disebutkan bahwa jumlah sampel sebagai bagian dari proses pengukuran harus dilakukan sesuai dengan standar.  Jumlah sampel minimum menurut NIOSH cukup banyak seperti terlihat pada gambar di bawah ini.  Untuk mengurangi jumlah sampel minimum yang diperlukan, dapat dilakukan dengan strategi sebagai berikut: Membagi pekerja ke dalam  similarly exposed group  (SEG). Pengukuran pajanan personal dilakukan dalam 3 tahap: Tahap skrining Tahap uji kepatuhan kelompok Tahap uji kepatuhan individu Pada tahap skrining dilakukan tiga pengukuran pajanan personal  secara acak dari pekerja dalam SEG. Jika  ketiga pajanan kurang dari 0,1...
Penyakit/gangguan muskuloskeletal terkait kerja Muskuloskeletal maksudnya otot dan rangka. Menurut HSE, di Inggris, sekitar setengah juta pekerja mengalami penyakit/gangguan otot rangka terkait kerja (baik kasus baru maupun kasus lama) pada tahun 2015/16. Dan penyakit/gangguan otot rangka yang mempengaruhi kualitas hidup pekerja yang mengalaminya ini merupakan penyakit/gangguan terkait kerja yang jumlahnya banyak, sekitar 41% dari seluruh penyakit/gangguan terkait kerja. (https://t.co/DloQPGuwea).  Bagaimana dengan data di Indonesia? Di Indonesia belum ada data pasti mengenai penyakit akibat kerja. Tetapi diperkirakan persentase penyakit/gangguan muskuloskeletal terkait kerja hampir sama. Tetapi umumnya tidak dikenali. Mengapa? Karena seringkali keluhan pegal linu, nyeri, kram, baal, kesemutan dll setelah bekerja dianggap biasa. Pasien umumnya mengobati sendiri, kalaupun berobat ke dokter biasanya tidak terdiagnosis kaitannya antara keluhan pasien dengan pekerjaannya. ...

Variabilitas pajanan bahan kimia di tempat kerja

Pajanan bahan kimia pada pekerja di lingkungan kerja sangat bervariasi: dari hari ke hari dari satu pekerja ke pekerja lain dari satu kelompok pekerja ke kelompok pekerja lain.  Bahkan dalam satu shift kerja, pajanan bervariasi dari menit ke menit. Variasi ini terjadi akibat perubahan dalam faktor seperti: laju pembentukan kontaminan tingkat ventilasi aktivitas yang dilakukan oleh pekerja.  Variabilitas ini memengaruhi jumlah sampel yang dibutuhkan untuk sepenuhnya mengkarakterisasi variasi tersebut di atas dan kemampuan skema penilaian yang ada untuk membandingkan kelompok pekerja yang berbeda atau membandingkan pajanan terhadap nilai ambang batas (NAB).  Satu pendekatan yang dilakukan untuk menangani masalah variabilitas dalam pajanan pekerja adalah dengan mengelompokkan pekerja ke dalam similarly exposure groups (SEGs) , yang dapat dilakukan dengan: Pendekatan kualitatif Pendekatan kuantitatif Pendekatan kualitatif Pengelompokkan pekerja ke dalam SEGs dilakukan denga...