Langsung ke konten utama

Manajemen risiko pajanan yang efektif dan efisien

Manajemen risiko pajanan yang efektif adalah memastikan bahwa tidak ada pekerja yang terpajan pada tingkat risiko yang tidak dapat diterima. Adapun manajemen risiko pajanan yang efisien berarti melakukannya dengan biaya serendah mungkin

Hasil penilaian risiko selalu mengandung kemungkinan salah. 

  • Jika hasil penilaian bahwa tingkat risiko rendah padahal tingkat risiko sesungguhnya tinggi, maka pekerja berada pada bahaya yang lebih besar tanpa ada pengendalian yang dilakukan. 
  • Jika hasil penilaian bahwa tingkat risiko tinggi padahal tingkat risiko sesungguhnya rendah, maka akan terjadi pengendalian pekerja dan produksi yang tidak perlu yang mengakibatkan pengeluaran biaya pengendalian yang tidak perlu. 

Strategi manajemen risiko pajanan yang dirancang dengan baik akan menghasilkan data yang baik, memungkinkan manajemen risiko pajanan menjadi efektif dan efisien, tidak bias, dan dengan tingkat ketidakpastian yang rendah sehingga menghasilkan keputusan yang sesuai. Sebaliknya, strategi manajemen risiko pajanan yang dirancang dengan tidak benar akan menghasilkan data yang tidak akurat, gagal melindungi pekerja, menyia-nyiakan sumber daya, bias, dan memiliki tingkat ketidakpastian yang tinggi sehingga menghasilkan keputusan yang salah

Tujuan manajemen dan penilaian pajanan yang komprehensif adalah memahami dan menatalaksana semua pajanan dengan:
  • Mendokumentasikan baik penilaian pajanan kualitatif maupun kuantitatif.
  • Menghasilkan keputusan tentang tingkat risiko pajanan yang akurat dan efisien. 
  • Melakukan manajemen risiko pajanan yang efektif dan efisien.
  • Menghasilkan prioritisasi risiko yang harus dikendalikan secara berkelanjutan.
  • Menghasilkan peningkatan pengelolaan pajanan secara berkelanjutan.
  • Mengidentifikasi similarly exposure groups (SEGs) kritis.
  • Mengantisipasi dan mengelola perubahan.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jumlah sampel minimum pengukuran pajanan di lingkungan kerja

Untuk membuktikan bahwa kadar pajanan di tempat kerja tidak melewati nilai ambang batas (NAB) kemungkinan akan memakan biaya dan waktu yang tidak sedikit.  Dalam Permenaker nomor 5 tahun 2018 maupun Permenkes nomor 70 tahun 2016 tidak ada ketentuan mengenai jumlah sampel minimum. Dalam permenkes nomor 70 tahun 2016 hanya disebutkan bahwa jumlah sampel sebagai bagian dari proses pengukuran harus dilakukan sesuai dengan standar.  Jumlah sampel minimum menurut NIOSH cukup banyak seperti terlihat pada gambar di bawah ini.  Untuk mengurangi jumlah sampel minimum yang diperlukan, dapat dilakukan dengan strategi sebagai berikut: Membagi pekerja ke dalam  similarly exposed group  (SEG). Pengukuran pajanan personal dilakukan dalam 3 tahap: Tahap skrining Tahap uji kepatuhan kelompok Tahap uji kepatuhan individu Pada tahap skrining dilakukan tiga pengukuran pajanan personal  secara acak dari pekerja dalam SEG. Jika  ketiga pajanan kurang dari 0,1...
Penyakit/gangguan muskuloskeletal terkait kerja Muskuloskeletal maksudnya otot dan rangka. Menurut HSE, di Inggris, sekitar setengah juta pekerja mengalami penyakit/gangguan otot rangka terkait kerja (baik kasus baru maupun kasus lama) pada tahun 2015/16. Dan penyakit/gangguan otot rangka yang mempengaruhi kualitas hidup pekerja yang mengalaminya ini merupakan penyakit/gangguan terkait kerja yang jumlahnya banyak, sekitar 41% dari seluruh penyakit/gangguan terkait kerja. (https://t.co/DloQPGuwea).  Bagaimana dengan data di Indonesia? Di Indonesia belum ada data pasti mengenai penyakit akibat kerja. Tetapi diperkirakan persentase penyakit/gangguan muskuloskeletal terkait kerja hampir sama. Tetapi umumnya tidak dikenali. Mengapa? Karena seringkali keluhan pegal linu, nyeri, kram, baal, kesemutan dll setelah bekerja dianggap biasa. Pasien umumnya mengobati sendiri, kalaupun berobat ke dokter biasanya tidak terdiagnosis kaitannya antara keluhan pasien dengan pekerjaannya. ...

Variabilitas pajanan bahan kimia di tempat kerja

Pajanan bahan kimia pada pekerja di lingkungan kerja sangat bervariasi: dari hari ke hari dari satu pekerja ke pekerja lain dari satu kelompok pekerja ke kelompok pekerja lain.  Bahkan dalam satu shift kerja, pajanan bervariasi dari menit ke menit. Variasi ini terjadi akibat perubahan dalam faktor seperti: laju pembentukan kontaminan tingkat ventilasi aktivitas yang dilakukan oleh pekerja.  Variabilitas ini memengaruhi jumlah sampel yang dibutuhkan untuk sepenuhnya mengkarakterisasi variasi tersebut di atas dan kemampuan skema penilaian yang ada untuk membandingkan kelompok pekerja yang berbeda atau membandingkan pajanan terhadap nilai ambang batas (NAB).  Satu pendekatan yang dilakukan untuk menangani masalah variabilitas dalam pajanan pekerja adalah dengan mengelompokkan pekerja ke dalam similarly exposure groups (SEGs) , yang dapat dilakukan dengan: Pendekatan kualitatif Pendekatan kuantitatif Pendekatan kualitatif Pengelompokkan pekerja ke dalam SEGs dilakukan denga...