Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2023

Interpretasi hasil analisis statistika pajanan lingkungan kerja

Dalam postingan Statistik data hasil pemantauan pajanan lingkungan kerja (professional-hse.blogspot.com)  sudah disampaikan statistik yang harus dihitung saat menganalisis data hasil pengukuran pajanan di lingkungan kerja.  Di bawah ini adalah contoh interpretasi hasil pengukuran pajanan benzene dengan passive sampler pada 12 pekerja dengan level of detection 0,033 ppm. Kita lihat bahwa statistik rerata aritmatika dan rerata aritmatika dengan pendekatan maximum likelihood estimation (MLE) tidak berbeda jauh, akan tetapi jika diperhatikan rentang nilai minimum - maksimum (0,034 - 0,507 ppm) lebih besar dibandingkan rentang nilai batas bawas - atas (0,124 - 0,395). Rerata geometris, yang tidak terpengaruh oleh pencilan, lebih kecil dibandingkan kedua rerata aritmatika.  Variabilitas pajanan dapat dinilai dengan statistik simpang baku geometris. Pada contoh di atas terlihat bahwa nilai simpang baku geometris di atas 1,5 tetapi lebih kecil dari 2,5 dengan demikian vari...

Interpretasi hasil biomonitoring

S ecara konvensional, konsentrasi biomarker urin (misalnya: S-PMA, HA, dan MHA) dikoreksi terhadap tingkat hidrasi untuk menghasilkan konsentrasi biomarker terkoreksi. Rumus yang digunakan adalah: Untuk dapat menggunakan rumus tersebut maka terdapat syarat yang harus dipenuhi, yaitu konsentrasi kreatinin urin antara 0,3 – 3 g/l .  Pada rumus di atas, konsentrasi kreatinin urin sebagai penyebut, dengan demikian jika penyebut semakin kecil maka hasil bagi semakin besar dan sebaliknya jika penyebut semakin besar maka hasil bagi semakin kecil. Dengan perkataan lain, jika konsentrasi kreatinin urin lebih kecil dari 0,3 g/l maka konsentrasi biomarker terkoreksi akan lebih besar dari seharusnya dan sebaliknya jika konsentrasi kreatinin urin lebih besar dari 3 g/l maka konsentrasi biomarker terkoreksi akan lebih kecil dari seharusnya. Hal ini berpotensi menimbulkan kesalahan dalam interpretasi data hasil pengukuran biomarker tersebut. Perlu juga diketahui bahwa rumus tersebut mengasumsikan...

Kadar background hippuric acid

Toluene terutama dimetabolisme menjadi asam benzoate yang kemudian berkonjugasi dengan glycine membentuk hippuric acid (HA) yang kemudian diekskresikan dalam urin. Biomarker HA tidak spesifik untuk toluene atau pajanan okupasi. HA juga ada dalam urin individu yang tidak terpajan toluene dalam pekerjaannya. Konsumsi beberapa makanan tertentu yang mengandung asam benzoat atau persenyawaannya (baik secara alami atau ditambahkan sebagai antimikroba) berkontribusi pada ekskresi HA dalam urin. Sumber-sumber untuk HA background selain asam benzoate dan persenyawaannya adalah kontaminasi toluene lingkungan, pajanan ethyl-benzene, styrene, dan makanan. Makanan seperti buah (plum, peach, dan berry), biji kopi hijau, pengawet makanan, dan obat-obatan yang mengandung asam salisilat. Sehingga kadar HA yang rendah terdapat dalam urin manusia sebagai produk sampingan dari metabolisme endogen dan metabolisme makanan. Kadar background HA ini penting karena dapat memengaruhi interpretasi hasil pemer...

Bahaya psikologis di tempat kerja

Organisasi harus mengidentifikasi bahaya psikologis, yang mencakup: Pengorganisasian kerja Faktor sosial di tempat kerja Lingkungan kerja, peralatan, dan pekerjaan berbahaya Pengorganisasi kerja antara lain : Peran dan tanggung jawab ketidakpastian/ambiguitas peran konflik peran kewajiban untuk peduli kepada orang lain pekerja tidak memiliki panduan/arahan yang jelas tentang tugas yang seharusnya mereka selesaikan (dan tidak boleh dilakukan) ekspektasi yang bertentangan dalam suatu peran (misalnya, diharapkan untuk memberikan layanan pelanggan yang baik, tetapi juga tidak menghabiskan waktu dengan pelanggan). ekspektasi dalam peran yang saling melemahkan (misalnya diharapkan untuk memberikan layanan pelanggan yang baik, tetapi juga tidak menghabiskan waktu lama dengan pelanggan) sering terjadi perubahan atau ketidakpastian tentang tugas dan standar kerja melakukan tugas yang tidak berarti atau tidak penting Kontrol pekerjaan versus otonomi pekerjaan Tuntutan pekerjaan Tuntutan emosiona...

Variabilitas pajanan bahan kimia di tempat kerja

Pajanan bahan kimia pada pekerja di lingkungan kerja sangat bervariasi: dari hari ke hari dari satu pekerja ke pekerja lain dari satu kelompok pekerja ke kelompok pekerja lain.  Bahkan dalam satu shift kerja, pajanan bervariasi dari menit ke menit. Variasi ini terjadi akibat perubahan dalam faktor seperti: laju pembentukan kontaminan tingkat ventilasi aktivitas yang dilakukan oleh pekerja.  Variabilitas ini memengaruhi jumlah sampel yang dibutuhkan untuk sepenuhnya mengkarakterisasi variasi tersebut di atas dan kemampuan skema penilaian yang ada untuk membandingkan kelompok pekerja yang berbeda atau membandingkan pajanan terhadap nilai ambang batas (NAB).  Satu pendekatan yang dilakukan untuk menangani masalah variabilitas dalam pajanan pekerja adalah dengan mengelompokkan pekerja ke dalam similarly exposure groups (SEGs) , yang dapat dilakukan dengan: Pendekatan kualitatif Pendekatan kuantitatif Pendekatan kualitatif Pengelompokkan pekerja ke dalam SEGs dilakukan denga...

Pengendalian TB di fasilitas pelayanan kesehatan

Tenaga kesehatan maupun non kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) seperti Puskesmas dan Rumah Sakit dapat terpajan bakteri TB akibat kontak dengan pasien TB yang tidak terdiagnosis. Potensi transmisi penyakit ini dapat terjadi di semua lokasi kerja dalam fasyankes . Pada lokasi kerja seperti ruang gawat darurat, pajanan dapat terjadi sebelum pasien TB yang infeksius dikenali dan diisolasi, dan pasien TB yang infeksius tersebut dapat tetap tanpa gejala (asimptomatik) untuk beberapa waktu.  Di rumah sakit, daerah berisiko tinggi terjadi transmisi TB adalah: ruang gawat darurat bangsal perawatan pasien TB tempat pengambilan dahak tempat dilakukan tindakan bronkoskopi. Beberapa prosedur yang menghasilkan aerosolisasi bakteri Mycobacterium tuberculosis antara lain: bronkoskopi induksi dahak intubasi endotrakeal respiratory suction otopsi Pencegahan transmisi TB di fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) memerlukan identifikasi dini, isolasi, dan pengobatan pasien de...

TB di tempat kerja

Tuberkulosis (TB) adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis . Bakteri biasanya menyerang paru-paru. Namun, kuman TBC dapat menyerang berbagai bagian tubuh seperti: ginjal, tulang belakang, dan otak. Penyakit TB dapat berakibat fatal jika tidak ditangani dengan baik.  Penularan Tuberkulosis  ditularkan antar individu melalui udara . Ketika individu dengan TB paru-paru aktif atau TB pangkal tenggorokan batuk atau bersin, bakteri dilepaskan ke udara. Dengan menghirup bakteri ini, individu di sekitar dapat terinfeksi.  Ketika bakteri TB terhirup, kuman dapat menetap di paru-paru dan mulai berkembang. Bakteri kemudian dapat melakukan perjalanan melalui darah ke daerah lain di tubuh, termasuk ginjal, tulang belakang, dan otak.  Tuberkulosis di paru-paru atau tenggorokan bisa  menular (infeksius) . Proses penularan lebih mungkin terjadi ketika ada kontak dengan individu lain yang menghabiskan banyak waktu dengannya setiap hari, seperti angg...

Kelebihan berat badan dan obesitas

Untuk mengetahui apakah individu mengalami kelebihan berat badan adalah dengan menghitung indeks massa tubuh (IMT) menggunakan rumus berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan (m) kwadrat , sehingga satuan IMT adalah  kg/m 2 . Terdapat dua jenis penggolongan hasil perhitungan IMT, yaitu menurut WHO ( World Health Organization ) dan asia pasifik .  Pada 2018, penduduk dewasa Indonesia yang memiliki IMT kelebihan berat badan adalah 13,6 dan obesitas adalah 21,8%, sehingga total penduduk dewasa yang memiliki IMT kelebihan berat badan dan obesitas adalah 35,4%, artinya sekitar 1 dari 3 penduduk dewasa mengalami masalah kelebihan gizi .  Kecenderungan individu untuk mengalami kelebihan berat badan dan obesitas berkaitan dengan beberapa faktor sosio-demografi seperti: Lebih umum dijumpai di perkotaan daripada pedesaan Pekerjaan yang tak menuntut banyak gerak  Aktivitas fisik yang lebih rendah pada waktu luang Perempuan Tingkat kesejahteraan rumah tangga Jenis industri te...

Sickness presenteeism

Sickness presenteeism  memiliki berbagai definisi yang berbeda-beda, tetapi definisi yang paling umum adalah situasi di mana individu terus bekerja ketika sakit dan tidak melakukan pekerjaan dengan potensi penuh. Singkatnya, sickness presenteeism (SP) adalah masuk kerja saat sakit. SP dapat berdampak pada kehilangan produktivitas. Diperkirakan bahwa angka kejadian dan biaya akibat SP ini jauh lebih tinggi dibandingkan cuti sakit.  Beberapa faktor yang memengaruhi apakah individu akan terus bekerja dalam keadaan sakit antara lain: Jenis penyakit atau gangguan kesehatan dan cedera yang dialami Durasi mengalami gangguan kesehatan Tingkat ketidakmampuan melaksanakan tugas pekerjaan  Tingkat merasa mampu memenuhi kewajiban tugas pekerjaan  Jumlah cuti sakit yang sudah terjadi  Jenis penyakit atau gangguan kesehatan yang sering menyebabkan SP adalah sama seperti cuti sakit, yaitu:  Penyakit akut (misalnya: batuk, pilek, alergi, dan masalah saluran pencernaan) Pe...

Manajemen risiko pajanan yang efektif dan efisien

Manajemen risiko pajanan yang efektif adalah memastikan bahwa tidak ada pekerja yang terpajan pada tingkat risiko yang tidak dapat diterima . Adapun manajemen risiko pajanan yang efisien berarti melakukannya dengan biaya serendah mungkin .  Hasil penilaian risiko selalu mengandung kemungkinan salah.  Jika hasil penilaian bahwa tingkat risiko rendah padahal tingkat risiko sesungguhnya tinggi, maka pekerja berada pada bahaya yang lebih besar tanpa ada pengendalian yang dilakukan.  Jika hasil penilaian bahwa tingkat risiko tinggi padahal tingkat risiko sesungguhnya rendah, maka akan terjadi pengendalian pekerja dan produksi yang tidak perlu yang mengakibatkan pengeluaran biaya pengendalian yang tidak perlu.  Strategi manajemen risiko pajanan yang dirancang dengan baik akan menghasilkan data yang baik , memungkinkan manajemen risiko pajanan menjadi efektif dan efisien , tidak bias , dan dengan tingkat ketidakpastian yang rendah sehingga menghasilkan keputusan yang sesu...

Pengukuran faktor risiko psikososial di tempat kerja

Sebagian besar faktor risiko psikososial merupakan hal-hal yang tak kasat mata, dalam ilmu psikologi disebut sebagai variabel laten , yang artinya keberadaan maupun tingkatan dari berbagai faktor risiko psikososial tidak dapat diukur secara langsung. Jadi variabel laten diukur dengan melihat kepada beberapa indikator yang kasat mata, yang dapat diamati, disebut sebagai  variabel teramati . Indikator  sebaiknya lebih dari satu , karena jika hanya menggunakan satu indikator saja, maka tingkat  kepastian keberadaan variabel laten tersebut lebih rendah. Instrumen untuk mengukur faktor risiko psikososial di tempat kerja disebut skala . Skala yang harus memiliki karakteristik psikometrika yang baik, yakni yang valid dan reliabel. Valid artinya instrumen tersebut mengukur apa yang ingin diukur, sedangkan reliabel artinya instrumen tersebut dapat dipercaya.  Instrumen yang disebutkan dalam Permenaker nomor 5 tahun 2018 adalah survei diagnosis stres kerja. Instrumen ini hanya...

Penilaian faktor risiko psikososial di tempat kerja

Penilaian faktor risiko psikososial mirip dengan penilaian faktor risiko lainnya di tempat kerja, yang berbeda hanyalah alat dan metodenya. Terdapat beberapa indikator  yang menunjukkan bahwa terdapat permasalahan psikososial di tempat kerja.  Indikasi penilaian faktor risiko psikososial di tempat kerja Beberapa indikasi bahwa perlu dilakukan penilaian faktor risiko psikososial di tempat kerja adalah: Jika terdapat indikator  adanya permasalahan psikosial di tempat kerja Sebagai upaya identifikasi faktor risiko psikososial dan tindakan pencegahan serta pengendalian Untuk memantau perubahan faktor risiko psikososial seiring waktu Elemen kunci Untuk keberhasilan penilaian faktor risiko psikososial di tempat kerja terdapat lima elemen kunci yaitu:  Sumber stres (stresor/faktor risiko psikososial) Faktor intrinsik pekerjaan Peranan dalam organisasi Hubungan dengan individu lain Pencapaian dan perkembangan karir Struktur dan iklim organisasi Antarmuka rumah-kerja Dampak s...

Sistem manajemen stres kerja

Pendekatan lama terhadap masalah kesehatan mental akibat kerja adalah bahwa individu memiliki masalah, tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan kerja, dan individu harus berubah sehingga masalah terselesaikan.  Stres kerja tidak semata-mata muncul karena adanya faktor risiko psikososial di tempat kerja, akan tetapi karena adanya hubungan antara individu dan lingkungan kerja (lihat Stres kerja ). Manajemen stres kerja yang lebih baik dapat meningkatkan kesuksesan individu, tim, dan organisasi. Individu itu kompleks dan unik sehingga respon individu terhadap stres berbeda-beda maka solusi manajemen stres untuk satu individu tidak akan cocok untuk semua pekerja atau kelompok pekerjaan. Manajemen stres kerja sebaiknya dilaksanakan pada level individu dan organisasi untuk mengedukasi dan melatih pekerja untuk mengatasi sumber stres, yang tidak dapat dihapus dari pekerjaan, secara lebih efektif. Sistem manajemen stres kerja terintegrasi Pendekatan yang direkomendasikan adalah pendekat...

Gangguan kesehatan pekerja akibat faktor risiko psikososial

Berbagai faktor risiko psikosoial, baik sendiri atau bersama-sama dapat mengakibatkan gangguan kesehatan pekerja seperti: gangguan kesehatan mental (depresi dan ansietas) peningkatan risiko penyakit jantung dan stroke penurunan kualitas hidup dan fungsionalitas peningkatan risiko obesitas, diabetes, dan gangguan pencernaan penurunan kinerja dan kerusakan sistem imun peningkatan risiko stres akut dan kelelahan kronis.  Mengingat dampak dari berbagai faktor risiko psikososial tersebut, maka perlu dilakukan antisipasi, rekognisi, evaluasi, dan pengendalian sebagaimana faktor risiko lain di tempat kerja.

Psikodinamika faktor risiko psikososial di tempat kerja

Faktor risiko psikososial di tempat kerja berfungsi sebagai stresor . Penilaian stresor menurut Lazarus terbagi menjadi tiga tahap penilaian: Primer adalah tahap di mana individu menentukan apakah suatu stresor menimbulkan ancaman, tantangan, potensi bahaya atau kerugian. Faktor penentu tahap penilaian primer adalah: karakteristik stimulus dan  karakteristik psikologis individu Sekunder adalah tahap di mana individu menilai sumber daya untuk menentukan apakah individu dapat mengatasi stresor tersebut. Faktor penentu tahap penilaian sekunder adalah: persepsi ketersediaan sumber daya koping dari dalam individu dan/atau  persepsi ketersediaan sumber daya koping dari lingkungan Penilaian ulang adalah tahap di mana individu mengulang penilaian primer dan sekunder karena terjadinya perubahan persepsi stresor atau sumber daya yang tersedia seiring berjalannya waktu. Faktor penentu tahap penilaian ulang adalah: perubahan dalam situasi dan/atau  perubahan dalam individu Karakte...

Stres kerja

Stres kerja adalah tanggapan atau respon individu ketika dihadapkan dengan tuntutan dan tekanan pekerjaan:  yang tidak sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan dan  yang menantang kemampuan individu untuk mengatasinya. Stres kerja timbul sebagai akibat persepsi dan penilaian individu terhadap potensi bahaya dari suatu stimulus atau stresor atau faktor risiko psikososial di tempat kerja. Beberapa faktor risiko psikososial di tempat kerja: Beban kerja yang berlebihan Konflik dengan rekan kerja atau atasan Kekurangan kontrol atau kekuasaan dalam pekerjaan Ketidakpastian Lingkungan kerja Keterbatasan sumber daya untuk menyelesaikan tugas,  Kelelahan emosional akibat tugas-tugas yang menuntut emosi Keberadaan faktor risiko psikososial di tempat kerja tidak otomatis menimbulkan stres kerja.  Stres kerja muncul sepenuhnya dari persepsi individu (baik akurat atau tidak akurat) dari hubungan individu dengan lingkunganya . Persepsi individu ini melibatkan: penilaian faktor r...

Interaksi faktor risiko psikososial dengan faktor risiko lain di tempat kerja

Faktor risiko psikososial dapat berinteraksi dengan: faktor risiko psikosial lainnya  faktor risiko lain di tempat kerja (misalnya, faktor risiko fisika, biologi, kimia, dan ergonomi).  Risiko psikososial dapat meningkatkan kemungkinan terpajan faktor risiko lain karena kesalahan manusia, peningkatan tekanan waktu, atau ekspektasi sosial/budaya tentang cara bekerja dengan faktor risiko lain. Saat bekerja dalam situasi dengan risiko psikosial yang tidak terkendali, maka efek yang lebih berbahaya dapat terjadi pada jumlah pajanan yang sama.  Faktor risiko lain di tempat kerja dapat berkontribusi pada risiko psikososial, karena pekerja mungkin khawatir tentang kemungkinan konsekuensi dari pajanan (misalnya, bahaya biologis, bahan kimia, bekerja di ketinggian, ruang terbatas, angkat-angkut berat, gerakan repetitif, dll.). 

Permasalahan terkait risiko psikososial

Berbagai permasalahan baik internal maupun eksternal organisasi dapat mengakibatkan risiko psikososial, oleh karena itu harus dapat diidentifikasi oleh organisasi.  Beberapa contoh permasalahan eksternal organisasi yang berhubungan dengan risiko psikososial: Rantai pasokan agar organisasi dapat beroperasi melalui tekanan waktu, tekanan jadwal atau produksi.  Hubungan dengan kontraktor, subkontraktor, pemasok, penyedia layanan, dan pihak berkepentingan lainnya.  Berbagi tempat kerja, sumber daya, dan peralatan dengan pihak lain (misalnya, jika organisasi bekerja sama dengan organisasi lain di lokasi konstruksi).  Persyaratan pelanggan dan/atau klien untuk penyediaan layanan (misalnya, persyaratan tersebut dapat memengaruhi risiko psikososial melalui kekerasan, pelecehan, dan tekanan waktu).  Kondisi ekonomi yang dapat memengaruhi ketersediaan, lama, dan lokasi pekerjaan.  Sifat kontrak kerja, pengupahan (remunerasi), kondisi pekerjaan, dan hubungan kerja....

Tanda-tanda adanya pajanan faktor risiko psikososial

Organisasi harus dapat mengenali tanda-tanda bahwa individu atau kelompok terpajan faktor risiko psikososial. Beberapa tanda-tanda adanya pajanan faktor risiko psikososial adalah: Tingginya tingkat stres dan burnout (pekerja merasa lelah baik secara emosional maupun fisik) kurangnya keterlibatan kurang energi, kurang semangat Perubahan perilaku Kurang keinginan untuk bekerja dengan pekerja lain Isolasi sosial atau penarikan diri, menolak tawaran bantuan atau mengabaikan kebutuhan kesejahteraan pribadi Peningkatan angka absensi (ketidakhadiran kerja)  Peningkatan angka  presenteeism  (masuk kerja saat sakit) Peningkatan turnover (pergantian pekerja) Penurunan kualitas produk dan/atau layanan gagal menyelesaikan tugas tepat waktu peningkatan frekuensi kesalahan  peningkatan frekuensi kecelakaan Tingkat kecemasan dan depresi yang tinggi Konflik interpersonal dan hubungan buruk dengan rekan kerja

Faktor risiko psikososial

Salah satu potensi bahaya di tempat kerja adalah faktor risiko psikososial.  Dalam Permenaker nomor 5 tahun 2018 disebut sebagai faktor psikologi.  Faktor psikologi menurut Permenaker nomor 5 tahun 2018 adalah faktor yang mempengaruhi aktivitas tenaga kerja, disebabkan oleh hubungan antar personal di tempat kerja, peran dan tanggung jawab terhadap pekerjaan. Istilah "psikososial" dan "psikologis" sering digunakan secara bergantian, tetapi memiliki arti yang berbeda.   Psikologis mengacu pada keadaan mental dan emosional individu . Faktor psikologis mencakup proses mental dan emosional  internal individu . Psikososial mengacu pada bagaimana pikiran, perasaan, dan perilaku individu memengaruhi dan dipengaruhi oleh konteks sosial . Faktor psikososial mencakup pengaruh sosial dan interpersonal eksternal yang dapat memengaruhi kesejahteraan psikologis individu. Risiko psikososia l adalah faktor terkait pekerjaan yang dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan kes...

Persentil ke-95

Perhatikan ilustrasi berikut ini untuk memahami apa yang dimaksud dengan persentil ke-95. Misalkan: setiap tahun, seorang pekerja bekerja 100 hari. Berapa hari yang dapat diterima untuk pajanan melebihi NAB tanpa respirator jika kita mengumpulkan data pemantauan personal pada pekerja tersebut selama 100 hari?  Kita tentu mengharapkan bahwa selama 100 hari bekerja tersebut, pajanan yang melebihi NAB tanpa respirator adalah 0 hari. Target jumlah hari dengan pajanan yang melebihi NAB tanpa respirator berdasarkan konsensus profesional adalah tidak lebih dari 5 hari dari 100 hari , yaitu persentil ke-95 . Jadi 5/100 (5 hari dari 100 hari) di atas NAB dan 95/100 (95 hari dari 100 hari) di bawah NAB.  Dari keterangan di atas: Persentil ke-95 adalah persentase hari di mana pajanan berada di bawah NAB Exceedance fraction 5% adalah persentase hari di mana pajanan berada di atas NAB Dalam praktik sehari-hari tidak mungkin kita melakukan pengukuran pajanan personal setiap hari. Dari be...

Pajanan lingkungan kerja berlebihan

Pajanan berlebihan terhadap zat kimia di tempat kerja yang dapat menyebabkan masalah kesehatan ketika pekerja terpajan dengan zat kimia tersebut terus-menerus. Hal ini dapat terjadi di tempat kerja di mana zat kimia tersebut diproduksi, diformulasikan, dan digunakan secara komersial. Lama pajanan meningkatkan risiko masalah kesehatan.  Definisi pajanan lingkungan kerja berlebihan adalah situasi lingkungan kerja yang memerlukan intervensi atau pengendalian yang dilakukan tidak baik.  Dalam bahasa statistik, pajanan berlebihan adalah kemungkinan pajanan rata-rata pekerja yang dipilih secara acak melebihi NAB. Artinya, kita harus menghitung karakteristik distribusi pajanan, dan membandingkan dengan NAB, di mana jika nilainya lebih besar atau sama dengan NAB maka karakteristik distribusi pajanan tersebut tidak dapat diterima ( unacceptable ). Pada lingkungan kerja dengan karakteristik distribusi pajanan yang unacceptable harus dilakukan tindakan pengendalian.  Beberapa karakt...

Statistik data hasil pemantauan pajanan lingkungan kerja

Data hasil pemantauan dapat diinterpretasikan dengan hanya membandingkan hasil perhitungan statistik deskriptif dengan NAB (Nilai Ambang Batas) jika semua data yang ada lebih rendah dari 0,1 NAB atau di atas NAB. Tetapi ketika data hasil pemantauan mendekati atau mencakup NAB, maka statistik inferensial seperti persentil ke-95 harus dihitung untuk membantu dalam pengambilan keputusan.  Statistik deskriptif yang harus secara rutin dihitung untuk semua data pajanan adalah: Pajanan maksimum Pajanan minimum Rentang pajanan Persen pajanan lebih besar dari NAB Rata-rata pajanan Simpang baku pajanan Rata-rata dari pajanan transformasi log alami Simpang baku dari pajanan transformasi log alami Rata-rata geometris Simpang baku geometris Statistik inferensial Persentil ke-95 Upper tolerance limit Exceedance fraction

Pemantauan berkala pajanan tempat kerja

Dalam Permenaker nomor 5 tahun 2018 tentang keselamatan dan kesehatan kerja lingkungan kerja maupun Permenkes nomor 70 tahun 2016 tentang standar dan persyaratan kesehatan lingkungan kerja industri tidak diatur frekuensi  pemantauan berkala pajanan tempat kerja .  Melakukan pemantauan berkala pajanan tempat kerja bermanfaat untuk dilakukan jika pengendalian pajanan juga dilakukan. Dalam praktik, strategi pemantauan berkala pajanan tempat kerja dimaksudkan untuk melengkapi sistem manajemen lain yang harus mendeteksi perubahan ketika perubahan terjadi, atau bahkan sebelum perubahan terjadi. Pada program pemantauan berkala pajanan tempat kerja , frekuensi pemantauan tergantung pada peringkat pajanan dan peringkat efek kesehatan yang ditimbulkan oleh pajanan tersebut, sedangkan jumlah sampel tergantung pada jumlah pekerja dalam SEG dan hasil pemantauan baseline atau hasil pemantauan sebelumnya   (lihat postingan sebelumnya) . Contoh frekuensi pemantauan berkala pajanan...

Jumlah sampel minimum pengukuran pajanan di lingkungan kerja

Untuk membuktikan bahwa kadar pajanan di tempat kerja tidak melewati nilai ambang batas (NAB) kemungkinan akan memakan biaya dan waktu yang tidak sedikit.  Dalam Permenaker nomor 5 tahun 2018 maupun Permenkes nomor 70 tahun 2016 tidak ada ketentuan mengenai jumlah sampel minimum. Dalam permenkes nomor 70 tahun 2016 hanya disebutkan bahwa jumlah sampel sebagai bagian dari proses pengukuran harus dilakukan sesuai dengan standar.  Jumlah sampel minimum menurut NIOSH cukup banyak seperti terlihat pada gambar di bawah ini.  Untuk mengurangi jumlah sampel minimum yang diperlukan, dapat dilakukan dengan strategi sebagai berikut: Membagi pekerja ke dalam  similarly exposed group  (SEG). Pengukuran pajanan personal dilakukan dalam 3 tahap: Tahap skrining Tahap uji kepatuhan kelompok Tahap uji kepatuhan individu Pada tahap skrining dilakukan tiga pengukuran pajanan personal  secara acak dari pekerja dalam SEG. Jika  ketiga pajanan kurang dari 0,1...

Apakah pajanan kimia di tempat kerja memenuhi standar peraturan?

Jika Anda seorang ahli higiene industri, dokter perusahaan, atau spesialis kedokteran okupasi maka membuktikan bahwa kadar pajanan di tempat kerja tidak melewati nilai ambang batas (NAB) kemungkinan akan memakan biaya dan waktu yang tidak sedikit.  Tidak ada gunanya melakukan pembuktian tersebut kecuali Anda juga menerapkan metode pengendalian pajanan yang sesuai.  NAB terpenuhi jika kemungkinan pajanan melebihi NAB adalah 5% , namun perlu diingat bahwa perusahaan wajib melakukan penerapan tindakan pengendalian yang efektif terlepas dari apakah NAB terpenuhi atau tidak.